Kampung Color “TRIDI”

Kampung Tridi, bagi saya merupakan kampung yg sangat kreatif. Kampung ini terletak di Malang, Jawa Timur. Tidak jauh dari Stasiun kereta Malang.

Mengapa kreatif? Hampir sebagian masyarakat di satu kampung ini rumahnya di cat warna – Warni.

Di kampung ini juga terdapat jembatan kaca. Ada warung kopi yang bisa menemani, serambi menikmati indahnya kampung TRIDI.

Anyaman Gelang,  Kalung, Cincin dan Noken dari Wamena untuk Dunia

Wamena, salah satu kota di Papua, yang terletak di pegunungan Papua. Wamena di kenal dengan keindahan alam yang masih alami dengan berbagai view yang mudah di temukan. 

Selain alam yang di nikmati, masih banyak hal harus di lalui untuk di nikmati, misalnya seperti Mumi, pasir putih, masyarakat yang berkebun, danau yang berada di atas gunung. 

Salah satu oleh-oleh yang harus di beli adalah, sovenir yang di buat dengan tangan manusia Baliem. Sovenir yang di maksud adalah Gelang, Noken, cincin, kalung, dengan berbagai jenis. 

Ada beberapa tokoh yang menyediakan Sovenir wamena, namun ada juga yang menjual dengan membawa/menjualnya di jalanan. Mereka yang menjual di jalanan, jangan takut dengan kualitas nya. Kualitas sangat baik dengan harga yang sangat terjangaku. Gelang bis diperoleh muali dengan harga Rp. 50. 000 keatas. Rata2 harga Rp. 100. 000. 

Sovenir seperti Gelang, Noken dan kalung di buat dari bahan2 tumbuhan, yang masih alami. Di proses secara alami, dan di buat dengan alami. 
By : Gerry Kossay. 

Pantai Harlem

Photo : Gerry Kossay

Pantai Harlem, persis nya terletak di Sebelah Barat kabupaten Sentani. Waktu itu, kami menggunakan mobil avansa bersama Rombongan kantor. Perjalanan di tempuh 2 jam. Jalannya belum begitu bagus, ada beberapa jalan yang sudah di aspal, namun ada juga yang belum di perbaiki.

Begitu tiba di puncak, langit kebiruan dengan sedikit terik mentari, memantulkan cahaya kilau dari laut. Angin berhembus sejuk, mata pun tak mau berkedim. Takjub melihat karya Tuhan untuk yang satu ini. 

Beberapa menit kemudian kami sampe di tempat pemesan pederahu boot. Untuk menuju Pante Harlem, kami harus membayar sewa perahu dengan harga Rp. 450. 000, untuk antar dan jemput. 

Setelah memarkirkan mobil, kami pun kemudian naik ke perahu. Penyebarangan kurang lebih 15 menit untuk sampe di bibir pante tersebut. 

Merajut Noken

Noken adalah segalanya bagi Wanita Papua, Khususnya Perempuan Pegunungan Tengah Papua.

Tetapi kini, ketika Noken di bawah ke arah Politik, maka esensi Noken semakin tidak bernilai 

Proses pembuatan noken hingga menjadi sebuah noken, bukanlah hal yang sederhana.. 


Knitting Noken

Noken is everything for Papuan Women, Especially Women of Central Mountain Papua.

But now, when Noken is down in the direction of Politics, the essence of Noken is even less valuable

The process of making noken to be a noken, is not a simple thing

Wamena Bulan Mei MERAH

Setiap daerah dimanapun mempunyai Fenomena dan menjadikan aikon maupun ciri khas daerah tersebut.

Untuk Kabupaten Jayawijaya, yang lebih dikenal dengan Wamena atau Lembah Baliem, mempunyai keunikan di Bulan Mei. Diantara Keunikan Lainnya, saat ini Wamena di kenal dengan Rumput Bulan Mei, atau rumput merah. 

Rumput merah, di ekspoat oleh kaka Silvester Korwa dan Teman2 Agamua Sege. Yang saya pahami, rumput ini sebenarnya sudah ada lama, tetapi karena belum ada yang publikasi, maka baru bisa di kenal masyarakat 2 Tahun terakhir ini.

Tahun 2016, pertama kali saya lihat di Facebooknya kaka Silvester Korwa tentang Foto Rumput merah. Sempat saya tidak percaya, namun Tahun ini 2017 muncul lagi Rumput merah tersebut. Tahun2 sebelumnya juga ada, tetapi kami tidak sadar akan keindahan alam yang Tuhan Ciptakan di Bumi Lembah Baliem. 

Rumput Merah ini tidak di rawat atau di buat manusia, tetapi rumput ini tumbuh di alam bebas. Hampir separuh kota Baliem di penuhi dengan rumput Merah. Ada beberapa spot yang bisa di kunjungi untuk melakukan foto dan Lainnya. 

Tuhan Begitu baik, sehingga, kami bisa menikmati tumbuhan Rumput Merah… 

Wamena Moon May RED

Every region anywhere has a phenomenon and make the aikon and the characteristics of the area.

For Jayawijaya Regency, better known as Wamena or Lembah Baliem, is unique in May. Among other uniqueness, this time Wamena known to the May Grass, or red grass.

Red grass, in the expo by Kaka Silvester Korwa and Friends of Agamua Sege. What I understand, this grass is actually there for a long time, but because there has been no publication, then only be in the community 2 years this.

In 2016, the first time I saw on his Facebook kaka Silvester Korwa about Red Grass Photo. I could not believe it, but this year 2017 appears again red grass. The previous years also existed, but we were not aware of the beauty of nature that God created on Baliem Valley Earth.

Red grass is not treated or made by humans, but this grass grows in the wild. Almost half of Baliem city is filled with Red grass. There are several spots that can be visited to do photos and More.

God So good, so, we can enjoy Red Grass plants …
By : Gerry Kossay

Aktivitas Pasar Karubaga

Pagi itu tgl 10 April 2017, saya menginjakan kaki di kota karubaga, ibukota dari Tolikara. Saya bersama dengan 3 orang kawan, dengan tujuan melakukan monitoring kader TB yang telah kita latih. 

Dalam perjalan dari tempat kami nginap, saya melihat aktivitas mama – mama dengan jualan sayur di pinggiran jalan. Setelah samali tujuan (dinas kesehatan, tempat kami kegiatan), saya pun penasaran dengan aktivitas mama – mama tersebut, dan kembali menemu mereka. 

Percakapan kami pu berlangsung panjang. Singkat kata, ada seorang mama yang mengatakan demikian; anak ini tempat kam jualan, sudah lama kami berjualan disini, tapi dari bupati ke bupati tidak pernah buat rumah untuk kami (maksudnya pasar). 

Saya pun kaget, mendegar ucapa mama, karena ada payung payung bertulikan OTSUS 2016, Kabupaten Tolikara. Dalam hati saya bertanya, ada dana otsus tapi siapa yang menikmati? Harusnya, mama – mama mereka, sudah saatnya menikmati.. 

Dana Otsus Papua Besar! 12 Tahun, Jembatan penghubung antara Kabupaten dan Disitrik tidak pernah di Buat (Kabupaten Tolikara, Mamberamo, Wamena)

Kali PUN, yang terletak di distrik Bokondini, Kabupaten Tolikara.

Jika dalam musim hujan, kali Pun akan menutupi jalan penghubung. Akibat banjir, masyarakat yang ada distrik bokondini tidak bisa melakukan aktifitas seperti berkebun. 

Akibat tidak ada jembatan, kali Pun pernah merenggut 3 nyawa manusia dan 1 mobil jenis strada yang sedang menyeberangi kali. 3 orang ini adalah masyarakat petani yang baru saja pulang dari kebun/lading. Sedangkan 1 mobil merupakan mobil yang dipakai untuk mengangkut masyarakat (taxi).

12 Tahun sejak jalan antara kabupaten Jayawijaya ke distrik Bokondini (Sekarang masuk distrik Tolikara, dan kampung asal Bpk Bupati Mamberamo Tengah) di bangun, jembatan penghubung tidak pernah ikut dibangun. Jalan yang diperhatikan, tetapi jembatannya tidak diperhatikan. 12 Tahun merupakan tahun yang cukup lama untuk kondisi jalan dan kali yang semestinya sudah di buat. 

Apalagi posisi Distrik Bokondini merupakan posisi yang tepat. Artinya Bokondini sekarang berada dii bawah kabupaten Tolikara, Bokondini juga merupakan kampong asal bapak bupati Mamberamo Tengah. Kabupaten Wamena merupakan kabupaten induk dari 2 kabupeten diatas tersebut. 

Kondisi Jalan ini sangat bertolak belakang dengan kucuran dana Otonomi Khusus yang bertriliun masuk ke Papua. Apalagi kebijakan Gubernur Papua memberikan 80% dana ke kabupaten dan 20% di Propinsi. Setindaknya dari 3 kabupaten yang ada, bisa memperhatikan jembatan tersebut. 12 Tahun, apakah kali Pun harus menambah korban masyarakat, baru pemerintah membangun jalan? 12 Tahun merupakan salah satu kondisi jalan dan jembatan yang mewakili tempat atau kampong lain di Pegunungan Papua.

(Gerry Kossay)

Blog di WordPress.com.

Atas ↑